Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan cuma tukang bubur aja yang naik haji, tukang kuli panggul juga naik haji. | kisa nyata

Menabung 10 Ribu Perhari, Kuli Panggul Akhirnya Bisa Naik Haji

Pria ini bernama Sunaryo, Lelaki asal Dusun Bendungan Kidul, Desa Bendungan, Wates Kulonprogo, Yogyakarta Selama 15 tahun, Sunaryo tekun menabung Rp. 10.000 setiap hari dari hasil keringatnya menjadi Kuli Panggul di Pasar Tradisional. Tabungan itulah yang mengantarnya ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji.

Pria 53 tahun berulang kali mengucapkan rasa syukur ketika ditanya soal perjuangan demi bisa naik haji. Awalnya, dia berpikir ibadah haji adalah hal mustahil bagi Kuli Panggul sepertinya. Namun, dukungan keluarga membuatnya bertekad untuk menabung setiap hari.

Dia mengaku hanya dibayar Rp. 1000 hingga Rp. 2000 untuk sekali angkut. Padahal, beban yang harus dia bawa bisa mencapai 25 - 50 kilogram. Berkat ketekunannya, Pak Sunar mampu mengumpulkan Rp, 30.000 hingga Rp. 40.000 setiap harinya. Pak Sunar mendaftar Haji pada tahun 2010, mulai saat itu Dia menabung untuk sanggup melunasi biaya Haji.

"Setiap hari harus saya sisihkan Rp. 10.000 buat tabungan haji. Sisanya buat kebutuhan keluarga", ungkapnya

"Alhamdulillah Rp37 juta bisa lunas. Besok berangkat tanggal 30 Agustus jam enam pagi dari Masjid Agung Kulonprogo",

Selain menjadi Kuli Panggul, warga Dusun Bendungan Kidul, Desa Bendungan, Wates, Kulonprogo itu juga dipercaya masyarakat sebagai takmir Masjid Al Fattah di dekat rumahnya selama 25 tahun belakangan. Menurutnya, tugas itulah yang semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

Satu hal yang dirasa kurang oleh Sunar. Dia harus pergi ke Tanah Suci sendiri, tanpa sang istri. Oleh karena itu, setelah pulang nanti, dia akan kembali menabung secara rutin.
"Kalau tidak haji, ingin bisa umrah ke sana sama istri. Minta doa restu dari semuanya", tuturnya.

Tekad Sunar jelas membuat Sulamsih, istrinya, terharu. Meski demikian, dia tetap bersyukur karena sang suami diberi kesempatan naik haji meski tanpa dirinya.

"Saya cuma bisa bantu doa. Semoga selamat sampai tujuan. Di sana sehat dan kuat. Nanti waktu pulang ketemu keluarga juga sehat", kata Sulamsih.

Perempuan berusia 48 tahun itu juga hanya bisa terus bersyukur. Biaya sekolah anaknya saja sudah banyak. Namun, selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha. Biaya haji pun  akhirnya lunas terbayar dan anak laki-laki semata wayangnya pun bisa kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sampai lulus.

Subhanallah, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan bisa menyadarkan kita

Posting Komentar untuk "Bukan cuma tukang bubur aja yang naik haji, tukang kuli panggul juga naik haji. | kisa nyata"