Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Rasulullah Dalam Mendidik Anak

Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW sebagai ayah begitu memberi inspirasi. Perilaku Nabi itu sangat kontras dengan tradisi bangsa Arab yang kaku dan keras. Nabi Muhammad mendatangkan suasana rumah dibalut kehangatan, pendidikan, kelembutan, dan cinta kasih. Sementara, orang Arab lebih mengedepankan karisma. Pada masa itu, dalam penduduk Arab tidak umumseorang laki-laki menunjukkan kasih sayang secara terbuka kepada anak.

Ketika menyaksikan Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran. Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, saya memiliki 10 orang anak, namun tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun memandangnya dan berkata, "Barang siapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan dikasihi." Tetapi, tidak memiliki arti Rasulullah bersikap lunak menyangkut urusan agama. Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan agama pada anak.

Suatu hari, di saat Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah, datang-datang Hasan mendekat kemudian memungut sebutir kurma dan menyuapnya. Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua rahangnya. "Apa kau tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu.

Ketegasan dan sikap adil itu juga
timbul sewaktu memperlakukan putri tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melaksanakan pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.

Pertautan Gadis kecil itu menangis terisak sambil membersihkan kotoran unta di bawah punggung ayahnya. Dikisahkan oleh Abdullah bin Masud, ketika itu Nabi tengah shalat di bersahabat Ka'bah. Abu Jahal dan rekan-rekannya duduk di sana.

Salah satu dari mereka berkata, "Siapa di antara kalian yang akan mengambil kotoran hewan sembelihan milik Bani Fulan untuk diletakkan di punggung Muhammad SAW dikala sujud?" Uqbah bin Abu Mu'ith, orang paling celaka di antara mereka, bangun untuk melakukan usulan tersebut. Ia kembali menjinjing kotoran hewan dan menanti. Ketika Rasulullah sujud, dia letakkan kotoran itu di pundak dia. Kaum Quraisy tertawa terbahak-bahak melihatnya.

Adalah Fatimah az- Zahra, putri kecil Muhammad, yang menangis mengenali insiden itu. Ia hampiri sang ayah dan membuang kotoran dari punggung dia. Setelah itu, barulah Rasulullah bangun dari sujud. Kedewasaan dan rasa sayang Fatimah pada Rasulullah membuatnya dijuluki `Ummu Abiha'.

Setelah kepergian Khadijah, Fatimah juga yang membantu melaksanakan pekerjaan di rumah Rasulullah, mengorganisir sang ayah, dan mencurahkan segenap kasih sayang pada beliau. Peristiwa itu sekaligus memperlihatkan eratnya pertautan antara seorang anak dan ayah. Ayah yang bersikap hambar mungkin akan menerima rasa segan, namun belum tentu rasa segan itu terlahir dari kasih sayang anak-anaknya. Sikap anak pada orang tua tak lain cerminan dari sikap kita terhadap orang bau tanah kita selama ini.


Posting Komentar untuk "Cara Rasulullah Dalam Mendidik Anak"