Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aturan Pamer Kemesraan Di Media Umum

Bermesraan sehabis menikah memang sesuatu yang dihalalkan dan disunnahkan. Tapi kita perlu ingat, tidak semua yang halal boleh ditampakkan dan dipamerkan di depan banyak orang.


Ada beberapa pertimbangan yang mau membuat anda tidak lagi menyebarkan foto kemesraan di Media sosial,

Pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar umatnya mempunyai sifat aib. Bahkan ia menyebutkan, itu penggalan dari konsekuensi iktikad.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


 الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Iman itu ada 70 sekian cabang. Dan rasa malu salah satu cabang dari doktrin. (HR. Ahmad 9361, Muslim 161, dan yang lainnya). Dan pecahan dari rasa malu yakni tidak menampakkan langkah-langkah yang tidak selayaknya dilaksanakan di depan biasa .

Kedua, islam juga mengajarkan biar seorang muslim menghindari khawarim al-muru’ah. Apa itu khawarim al-muru’ah? Itu ialah semua perbuatan yang mampu menjatuhkan martabat dan wibawa seseorang. Dia menjaga adat dan adab yang mulia.

Ibnu Sholah memberikan,

أجمع جماهير أئمة الحديث والفقه على أنه يشترط فيمن يحتج بروايته أن يكون عدلاً ضابطاً لما يرويه .وتفصيله أن يكون : مسلماً بالغاً عاقلاً، سالماً من أسباب الفسق وخوارم المروءة

Jumhur ulama hadis dan fiqh oke, orang yang riwayatnya boleh dijadikan hujjah disyaratkan mesti orang yang adil dan kuat hafalan (penjagaan)-nya kepada apa yang beliau riwayatkan. Dan rinciannya, ia mesti muslim, baligh, bakir sehat, dan higienis dari alasannya-alasannya aksara fasik dan yang menjatuhkan wibawanya. (Muqadimah Ibnu Sholah, hlm. 61). Dan bagian dari menjaga wibawa yaitu tidak menampakkan foto kemesraan di depan umum.

Wallahu A'lam Bishawab.

Dіjаwаb оlеh Uѕtаdz Ammі Nur Bаіtѕ

Posting Komentar untuk "Aturan Pamer Kemesraan Di Media Umum"