Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Kepemimpinan dalam Islam


Definisi mengenai arti dan model kepemimpinan sudah banyak sekali oleh para ahli dalam bidang ilmu politik dan pemerintahan menuliskannya, bahkan tidak sedikit pula dari hasil-hasil teori pemikiran manusia itu di praktekan dalam kehidupan nyata oleh sebagian manusia yang mencapai puncak sebagai seorang pemimpin atau penguasa.

Salah satu definisi tentang pemimpin dalam bahasa Indonesia bahwa pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja atau yang di tuakan.

Sedangkan pengertian menurut istilah pemimpin berarti memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang yang berkaitan dengan kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain dengan beragam cara yang dia miliki. Pengertian yang disebutkan tadi merupakan pengertian dari sebagian kecil tentang pengertian mengenai kepemimpinan.

Islam sungguh agama yang sangat memperhatikan bahkan mewajibkan atas tiap-tiap suatu kaum atau golongan umat manusia, agar ada di antara mereka yang di angkat untuk menjadi seorang pemimpin dari kaum atau golongan mereka.

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa "seorang budak yang hitam menjadi pemimpin menjadi lebih baik ketimbang tidak ada pemimpim sama sekali". hal ini menegaskan pentingnya akan masalah kepemimpinan itu.

Sejarah telah mencatat dalam sebuah kejadian yakni pada saat terjadinya peristiwa meninggalnya Rasulullah saw, yang mana pada waktu tersebut itu pula para sahabat langsung berkumpul bermusyawarah untuk menentukan dan segera memutuskan siapa orangnya yang pantas yang akan menggantikan posisi kepemimpinan Islam setelah meninggalnya Rasulullah saw. 

Setelah diadakannya musyawarah dan perdebatan yang cukup alot di kalangan para sahabat, maka dihasilkan satu keputusan yang dapat diterima oleh sebagian besar sahabat dengan pilihan yang mengarah kepada sahabat Abu Bakar ra mengingat bukti-bukti menunjukkan bahwa Abu Bakar ra sering menggantikan posisi menjadi imam shalat ketika Rasulullah saw berhalangan hadir atau ketika jatuh sakit.

Maka di baiatlah Abu Bakar Ash Shidiq ra menjadi seorang pemimpin atau khalifah menggantikan posisi baginda Rasulullah saw dalam memimpin umat Islam, meskipun pada saat itu sahabat mulia  Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tidak ikut menghadiri acara pembaiatan tersebut dikarenakan sedang sibuk mengurusi pemakaman jenazah Rasulullah saw.

Atas terjadinya pergantian kepemimpian dan suksesi kepemimpinan yang berbarengan dengan saat peristiwa meninggalnya Rasulullah saw, oleh sebagian kaum yang belum memahami atas pentingnya seorang pemimpin.

Maka kejadian tersebut di anggap merupakan sesuatu yang tidak pantas dilakukan mengingat terburu-burunya para sahabat dalam mengambil keputusan untuk segera memilih calon pemimpin baru yang menggantikan posisi kepemimpian setelah Rasulullah saw yang baru saja wafat.

Setelah kepemimpinan dalam Islam yang baru itu terbentuk, maka dari sanalah bintik-bintik perpecahan mulai terjadi dalam tubuh umat Islam. Dalam kepemimpinan Abu Bakar ra dalam periode pertamanya dikhususkan untuk menangani dan memerangi kaum yang murtad dan yang mengaku-ngaku sebagai nabi supaya tidak menjadi meluas.

Dalam kriteria untuk menjadi seorang pemimpin, sedikitnya harus mempunyai beberapa kriteria sebagai berikut :

1.  Dia harus mempunyai pengaruh
2.  Dia harus mempunyai kekuasaan atau power
3.  Dia harus mempunyai wewenang
4.  Dia harus mempunyai pengikut

Keempat kriteria di atas merupakan kriteria yang umum yang harus dimiliki oleh calon-calon pemimpin. Tanpa adanya pengaruh maka kekuasaan itu tidak akan ada, setelah kekuasaan itu ada maka dia akan punya wewenang, dan kewenangan yang disampaikan tidak akan ada jikalau dia tidak punya para pengikut.

Kriteria untuk menjadi seorang pemimpin terlebih lagi menurut pandangan Islam, lebih jauh lagi dan sangat menitikberatkan pada bagaimana baik dan buruknya akhlak, Islam sangat memandang penting unsur akhlak ini karena kebaikan akhlak seorang pemimpin merupakan akar bagi kebaikan akhlak untuk seluruh kaumnya atau rakyatnya kelak.

Berikut ini beberapa persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin menurut pandangan Islam :

  1. Dia harus Siddiq, artinya jujur, benar, punya integritas tinggi terjaga dari kesalahan
  2. Dia harus Fathonah, artinya cerdas, memiliki intelektualitas dan profesional
  3. Dia harus Amanah, artinya dapat dipercaya, akuntabel dan memiliki legitimasi
  4. Dia harus Tabligh, artinya suka menyampaikan risalah tentang kebaikan yang tak lain sedikitnya dia harus menguasai Ilmu agama, karena bagaimanapun ucapan dan perbuatan seorang pemimpin akan mudah di tiru oleh kaumnya.
Kepemimpinan dalam Islam sangatlah identik dengan kepemimpinan yang mesti disesuaikan dengan tuntunan al Quran dan Sunnah nabinya, karena dari kedua sumber itulah sumber segala sumber hukum-hukum baik sumber pidana (hudud) maupun sumber perdata.

Seorang pemimpin ibarat seorang hakim yang nantinya akan banyak memutuskan rencana-rencana, program-program dan perkara-perkara benar atau salah, maka wajib bagi dia menguasai setidaknya dari kedua sumber pokok utama yakni al quran dan Sunnah nabinya.

Pada hakikatnya Islam memandang bahwa meskipun dia seorang diri, dia tetap menjadi pemimpin. pemimpin bagi dirinya dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada dirinya kelak. Saking beratnya pikulan beban yang di amanahkan pada pundaknya.

Pada era sahabat mereka malah menangis ketakutan jika mereka terpilih menjadi seorang pemimpin karena membayangkan betapa beratnya pikulan tugas yang di amanahkan pada pundak mereka, bukan malah senang. tentu hal ini sangat jauh berbeda dengan yang terjadi dimasa-masa sekarang.

Itulah uraian singkat mengenai hakikat kepemimpinan dalam Islam, sungguh banyak persyaratan-persyaratan lainnya yang berhubungan dengan masalah kepemimpinan dari mulai teori kepemimpinan, unsur-unsur kepemimpinan.

Tugas-tugas dan peranan menjadi seorang pemimpin haruslah berlandaskan tuntnan Al-Quran dan As Sunnah. Semoga catatan kecil ini dapat menjadi penggugah jiwa untuk menuntun diri membawa pada kebaikan.

Posting Komentar untuk "Hakikat Kepemimpinan dalam Islam"