Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Berdagang Nabi Muhammad SAW, Agar Sukses Dunia Akhirat


Kegiatan usaha berdagang merupakan jenis usaha yang dijalankan oleh seluruh umat manusia dimuka bumi ini, karena pada hakikatnya hidup ini adalah dagang, apakah berdagang dengan manusia maupun dengan Allah Swt. Maka dalam jenis usaha perdagangan ini, Allah Swt sudah memberikan rambu-rambu peringatan kepada para pedagang.

Dalam usaha perdagangan, ketika keuntungan menghampiri maka untungnya tak tanggung-tanggung ia memiliki keuntungan yang berlipat-lipat. Namun manakala nasib buruk menimpa, maka kerugianpun tak tanggung-tanggung ia akan melipat bahkan sampai terjadinya yang disebut gulung tikar alias merugi atau bangkrut, itulah risiko dalam usaha dunia perdagangan.

Agar dalam usaha berdagang sesuai tuntunan syar'i, maka baginda Nabi Muhammad sudah memberikan contoh yang baik yang bisa diikuti. Berikut adalah cara berdagang Nabi Muhammad Saw agar sukses dunia akhirat selengkapnya. 

1. Berdagang dengan Cara yang Jujur

Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Qs. Asy-Syu'ara ayat 181-183.

۞ اَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُخْسِرِيْنَ ۚ ١٨١ وَزِنُوْا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيْمِ ۚ ١٨٢ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ۚ ١٨٣ ( الشعراۤء/26: 181-183)

Artinya :

181. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan orang lain.
182. Timbanglah dengan timbangan yang benar.
183. Janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi. (Asy-Syu'ara'/26:181-183)

2. Mengambil keuntungan dengan Harga yang Baik

Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Qs. Surata Asy-Syu'ara ayat 20.

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ ٢٠ ( الشورى/42: 20)

Artinya : Siapa yang menghendaki balasan di akhirat, akan Kami tambahkan balasan itu baginya. Siapa yang menghendaki balasan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (balasan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian sedikit pun di akhirat. (Asy-Syura/42:20)

3. Jangan Mudah Menyerah

Hal ini sebagaimana terdapat dalam firam Allah Swt Qs. 

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ ٨٧ ( يوسف/12: 87)

Terjemahan:

87. Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.” (Yusuf/12:87)

4. Tidak Menjatuhkan Pedagang yang Lain

Kegiatan bisnis berdagang itu tidak dilakukan oleh hanya segelintir orang, namun dilakukan oleh banyak orang juga. Karena itu etika dan sopan santun juga sangat perlu diterapkan dalam berdagang. Seperti salah satu contohnya tidak boleh menjatuhkan harga pedagang yang lain atau menjelek-jelekan barang milik pedagang yang lain.

5.  Menjual Barang Yang Dibutuhkan

Nabi Muhammad saw bukanlah seorang pedagang semacam pedagang eceran kecil yang hanya mojok di suatu tempat, tetapi beliau adalah seorang pedagang lintas negara kalau sekarang masuk kategori ekspor impor antar wilayah negara. Karena zaman dulu belum ada kendaraan semisal mobil, maka kendaraan yang umum dipakai adalah jenis binatang seperti Unta dan Kuda dan pelayaran kapal laut.

Biasanya sebelum Nabi Muhammad saw memutuskan untuk pergi ke suatu wilayah untuk menjual barang dagangannya beliau suka mencari-cari informasi dulu mengenai apa saja barang yang paling dibutuhkan oleh masyarakat di daerah tujuannya itu, jadi tidak sembarangan membawa barang dagangan dalam artian tidak asal membawa jenis barang dagangan.

Sering terjadi seorang pedagang membuang barang dagangannya karena di anggap sudah tidak laku, sebenarnya bukan tidak laku tetapi kurang dibutuhkan di daerah itu karena di daerah itu sudah ada banyak barang tersebut, akibatnya barang tersebut menjadi kurang dibutuhkan di tempat itu, mungkin lain ceritanya bila barang tersebut di jual di daerah lain yang masih jarang barang itu, mungkin ceritanya akan jauh berbeda dengan daerah tersebut.

6.  Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Barang

Hal ini sedikit sekali dilakukan dikalangan para pedagang yang mau melakukan itu, dikarenakan dalam benak pikiran kita kadang yang terlintas hanyalah sebuah keuntungan semata, dan tidak mau adanya kerugian. Tidak sedikit dikalangan pembeli merasa kecewa karena kualitas barang yang dibelinya itu tidak sesuai dengan kualitas yang telah dibicarakan.

Rasulullah saw menawarkan barang dagangannya selalu mengatakan kelebihan dan kekurangan barang itu, semisal barang ini harganya sekian (murah) karena kualitasnya begini dan begini, dan yang itu harganya sekian (mahal) karena kualitas barangnya begini dan begini.

Bukanlah suatu aib bila kita menjelaskan kekurangan barang yang akan kita jual, akan tetapi justru hal tersebut akan menambah rasa kepercayaan para calon pembeli kepada kita dan jauh dari unsur penipuan.

7.  Tidak Terlalu Mementingkan Merek (Branding)

Setiap jenis barang tentunya memiliki asal dari mana asal barang itu dibuat dan memiliki nama merek, seperti sekarang ini misal jenis Smartphone banyak sekali jenis dan nama mereknya, tapi tentunya pembeli akan mencari nama merek smartphone yang berkualitas menurut ukurannya dan harganyapun berbanding lurus dengan merek yang lagi trend tersebut.

Nabi Muhammad saw lebih mengutamakan branding pribadi (self branding), maksudnya beliau lebih menekankan penjualan kepercayaan pembeli pada diri beliau sendiri ketika berdagang, ketimbang menjual dengan merek-merek barang dagangan tersebut itu. 

Secara otomatis bila para pelanggan (pembeli) itu telah percaya kepada si pedagang tersebut, maka apapun barang dagangannya akan mudah dibelinya sebab dalam hati pembeli sudah tertanam rasa kepercayaan pada si pedagang itu.

Bahkan kadang kita perhatikan ada seorang pembeli yang ketika selesai mengambil membeli barang kebutuhannya itu sering mengatakan : Ambil saja kembaliannya itu! kejadian seperti ini menandakkan sudah terjalin adanya rasa suka senang dan percaya pada si pedagang tersebut. 

Dikehidupan nyata sekarangpun ketika misal kita bermaksud membeli sebuah sabun, warung pedagang sabun itu kan banyak dan sama mereknya tetapi kenapa kadangkala kita malah mencari pedagang sabun yang lain meski jaraknya cukup jauh dari tempat kita.

8.  Murah Hati

Murah hati yang dimaksud disini adalah tidak terlalu menekankan keuntungan semata, berbeda dengan kita selalu menekankan kepada keuntungan yang berlebih dan bahkan keuntungan atau kelebihan harga barang yang kita jual itu harganya jauh melebihi dari harga asal dan tentunya hal seperti ini akan memberatkan si pembeli.

Bila harga jual terlampau tinggi maka secara otomatis si pembeli akan berusaha mencari pedagang lain yang lebih murah, dan hal ini sangat manusiawi terjadi dikehidupan kita. Akibatnya bila harga terlampau tinggi secara perlahan omzet penjualan dan para pelangganpun akan berkurang dan hal ini akan berdampak buruk pada bisnis usaha yang sedang kita jalankan.

Meskipun tidak ada larangan berapa kelebihannya atau mau berapapun harga jual barang tersebut yang penting laku, namun kemurahan hati seorang pedagang haruslah hadir ditengah-tengah itu. Bila memang sudah ada selisih harga barang dari pembelian dan penjualan dengan harga yang umun, maka hal itu lebih pantas dilakukan, karena hal tersebut bisanya dapat mendatangkan lebih banyak pelanggan dan omzet penjualan dengan sendirinya akan meningkat.

Sebuah rumus sederhana perdagangan yang cukup populer dilakukan dikalangan pedagang yaitu "sedikit kali banyak"

Demikian bahasan singkat tentang cara berdagang Nabi Muhammad Saw agar sukses dunia akhirat.  Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Yang benar hanya dari Allah swt yang salah itu berdasarkan kekeliruan penulis.
Dari berbagai sumber, Wallaahu a'lam

Posting Komentar untuk "Cara Berdagang Nabi Muhammad SAW, Agar Sukses Dunia Akhirat"