Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hati yang Keras Ibarat Ranting Mudah Patah


Sahabat beriman! Mengarungi perjalanan hidup diatas dunia ini sungguh amat melelahkan, bila tujuan hidup tidak benar-benar di arahkan kepada jalan yang telah Allah tentukan dengan garis-garis batas yang sudah tertuliskan di dalam Al Kitab.

Bagaimanapun kokohnya segala kemampuan yang dimiliki manusia tetaplah ia makhluk yang lemah yang takan mampu menghalangi datangnya ajal kematian ketika ia hendak datang menjemputnya. Namun beribu macam contoh yang telah datang juga tak bisa di jadikan contoh cermin kehidupan.

Akal pikiran yang telah Allah berikan sebagai perbekalan untuk kehidupan manusia, menjadikan insan manusia mampu merobah serta mengembangkan segala kebutuhan tata kehidupan. Dengan akal pikiran pula manusia belajar membedakan mana perkara baik dan mana perkara yang buruk.

Untuk membedakan mana insan-insan yang unggul sebagai hamba Allah yang sebenarnya, ternyata Allah berikan persoalan-persoalan kehidupan sebagai ladang ujian. Ujian yang Allah berikan atas umatnya sebagai tiket masuk kedalam surganya bagi siapa saja yang mampu melewatinya.

Menjalani proses pemahaman melalui pembelajaran penggalian ilmu pengetahuan, bila tidak benar-benar memperhatikan tuntunan yang diberikan Allah swt, dapat menjadikannya ia salah dalam memahami tentang hakikat kehidupan yang sebenarnya.

Sahabat Umar bin Khattab adalah salah satu contoh dimana ia sebelum mengenal Islam, ia merupakan seorang manusia yang keras dan belum mengetahui akan harkat dan martabat manusia seutuhnya. Salah satu contohnya ia pernah tega mengubur putri perempuannya hidup-hidup karena mengikuti adat yang salah.

Namun setelah ia mendapat hidayah dan memahami akan hakikat kehidupan ia menjadi salah orang yang sangat lembut, peka dan peduli terhadap orang-orang di sekelilingnya. Pemahaman agama yang ia miliki menghantarkannya sebagai manusia yang penuh dengan keadilan dan kebijaksanaan.

Contoh lainnya juga seperti Umar bin Abdul Aziz, ia mengikuti pendahulunya (kakek buyutnya) Umar bin Khattab ra meskipun ia di berikan amanah sebagai khalifah, namun ia jauh dari kesan limpahan kemewahan yang biasanya dimiliki oleh seorang pemimpin pada umumnya.

Mempelajari ilmu agama dengan benar akan mengantarkan pada pemahaman yang benar, dan sebaliknya bila belajar ilmu agama tanpa pemahaman yang benar hanya akan mengantarkannya menjadikan ia sebagai hakim bagi saudaranya.

Hati dan pikiran merupakan tempat dimana ia menyimpan dan mengolah apa-apa yang pernah  didengar oleh telinga, di lihat oleh mata dan di cium oleh hidung. Bila dalam tempat pengolahan tersebut salah maka apa yang akan keluar dari tempat pengolahan itu nantinya juga salah.

Kerasnya hati tercipta daripada apa-apa yang pernah dirasakan seperti : rasa iri, rasa dengki dan hasad, itu semua merupakan bumbu-bumbu yang akan membuat partikel-partikel yang akan menjadikan hati menjadi keras bahkan dapat mengalahkan kerasnya melebihi daripada batu.

Telah hadir kehadapan kita berbagai macam kisah daripada cerita orang-orang pendahulu yang pernah menjalani kehidupan ini dengan berbagai macam keangkuhan, namun ternyata keangkuhan yang dimiliki olehnya tak mampu membendung datangnya azab dari Allah swt.

Raja Namrud yang pernah berkuasa namun karena keangkuhannya ia mati hanya gara-gara seekor lalat/nyamuk yang masuk ke telinganya, Raja Firaun yang berkuasa atas mesir yang memperbudak kaum Bani Israil atas kesombongannya ia mati di tenggelamkan kedalam lautan.

Hati manusia yang keras yang tidak mau menerima nasihat kebenaran yang disampaikan oleh saudaranya sendiri akan seperti ranting yang keras namun mudah patah, hal ini dimaksudkan bahwa sekuat apapun keadaan ia, tetaplah ia manusia yang lemah yang tak akan mampu menciptakan sesuatu seperti nyamuk.

Hati ibarat bola liar yang berputar-putar berbolak-balik, Allah swt sangatlah berkuasa atas hati setiap manusia, ia akan membolak balikan setiap isi hati manusia termasuk hati para hambanya yang telah beriman. Dengan kuasanya Ia memberikan petunjuk pada hambanya tetap beriman dan dengan kuasanya pula ia menyesatkannya.

Barangkali inilah maksud daripada hati yang keras ibarat ranting mudah patah itu, kita akan senantiasa terus  menerus memohon perlindungan dan ampunan-Nya, karena hanya dengan keridhoan-Nya kita akan ditetapkan sebagai manusia yang beriman, berakhlak dan berbudi luhur dan berakhlakul karimah.

Wallaahu a'lam

Posting Komentar untuk "Hati yang Keras Ibarat Ranting Mudah Patah"