Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Ismail AS : Awal Mula Syariat Ibadah Haji dan Kurban


Nabi Ismail AS, merupakan seorang utusan yang Allah turunkan untuk menyampaikan apa-apa yang yang menjadi perintah dan larangan Allah swt atas manusia khususnya di kawasan jazirah Arabia waktu itu. Kelahirannya sangat di nanti-nantikan oleh ayahnya yakni Nabi Ibrahim, sebab Ibrahim sudah lama menginginkan seorang putra namun tak kunjung tiba.

Melalui siti Hajarlah akhirnya Nabi Ibrahim memperoleh keturunan yakni Ismail. Hajar adalah istri kedua Ibrahim ia adalah seorang budak yang dihadiahkan oleh raja mesir kepada Sarah. Atas izin Sarah (istri pertama Ibrahim) kemudian Ibrahim menikahi Hajar, kemudian buah dari pernikahan itu maka lahirlah Ismail.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kisah Nabi Ismail As awal mula syariat ibadah haji dan kurban, simaklah pemaparan selengkapnya berikut ini.

Kisah tentang Nabi Isma'il yang lain diambil dari sumber selain Al Qur'an, seperti riwayat hadits, tafsiran ulama, dan sumber-sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Quran, nama Isma'il hampir selalu dirangkaikan dengan para nabi yang lain. Disebutkan bahwa Isma'il dan beberapa nabi yang lain dilebihkan derajatnya di atas umat yang lain, ia adalah sosok pilihan Allah, dan dianugerahi petunjuk ke jalan yang lurus. 

Dia juga disebut sebagai sosok yang benar janjinya dan seorang yang diridhai oleh Allah swt. Nabi Isma'il juga disifati sebagai orang yang sabar dan termasuk orang-orang yang terbaik. Nabi Isma'il erat kaitannya dengan bangunan Ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam. Meski beberapa tradisi mencatat Ka'bah sudah dibangun sebelumnya. 

Sebagian pendapat menyatakan bahwa pendiri awalnya adalah nabi Adam AS, sebagian lagi menyatakan para malaikat, Ibrahim dan Isma'il hanya berperan sebagai pembangun ulang yang merenovasi bangunan Ka'bah tersebut. Nabi Ibrahim dan Ismail juga mengajarkan tentang syariat ibadah haji dari rukun Islam kelima ini menjadi ibadah yang sarat kenangan dan keteladanan akan sosok nabi Ibrahim, begitu juga dalam hari raya Idul Adha. 

Allah swt berfirman dalam Qs. Maryam ayat 54-55, berbunyi :

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا ۚ وَكَانَ يَأْمُرُ اَهْلَهٗ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِۖ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهٖ مَرْضِيًّا

Artinya : "Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Isma'il di dalam Kitab. Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. (Qs. Maryam (19): 54-55).

Biografi
  • Tempat lahir : Palestina 
  • Tempat tinggal : Syam, Hijaz 
  • Karya terkenal : Ka'bah 
  • Gelar : Nabi dan Rasul, 'alaihis-salam (keselamatan atasnya), Dzabihullah (dikurbankan untuk Allah)
  • Anak-anak : Nebayot, Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Mahalat/Basmat, Duma, Masa, Hada,Tema, Yetur, Nafish, Kedma 
  • Orang tua : Nabi Ibrahim As (bapak), Hajar (ibu) 
  • Kerabat : Sarah (ibu tiri), Nabi Ishaq As (saudara), Nabi Luth As, (sepupu)
Menurut pendapat sebagian ulama. Nama Isma'il disebutkan sebanyak dua belas kali dalam kitab Al-Qur'an dan keterangan-keterangan yang mengenainya disebutkan pada beberapa surat dalam Al Quran, yaitu : Dalam Qs. Al Baqarah (02): 127, 136, 140, Qs. An Nisa' (04): 163, Qs. Maryam (19): 54-55, dan Qs. Al Anbiya' (21): 85-86, juga dalam Ash Shaffat (37): 101-107. 

Keluarga Ibrahim pergi ke Mesir

Dalam kisahnya, menurut Alkitab bahwa Ibrahim dan Sarah beserta kafilah pengikutnya hijrah dari Iraq ke Syam. Namun Syam mengalami musim paceklik hebat sehingga mereka pergi ke Mesir. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa raja memerintahkan untuk membawa Sarah, istri Ibrahim ke istananya saat mendengar laporan dari para punggawanya bahwa Sarah adalah wanita yang cantik.

Saat utusan raja tiba dan menanyai mengenai Sarah, Ibrahim menjawab bahwa dia adalah saudarinya. Ibrahim juga berpesan kepada Sarah agar mengaku sebagai saudarinya, agar raja tersebut tidak membunuh Ibrahim. Setelah Sarah dibawa ke istana, raja berusaha menyentuh Sarah, tetapi tangannya menjadi lumpuh mendadak. 

Raja memohon agar Sarah berdoa pada Allah untuk menyembuhkannya dan Sarah melakukannya. Setelah tangannya pulih, raja kembali mengulangi perbuatannya, tetapi dia mengalami kelumpuhan yang lebih berat dari sebelumnya. Raja kembali meminta Sarah mendoakannya dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Setelahnya, raja memerintahkan agar Sarah dipulangkan kepada Ibrahim. Sarah juga diberi budak perempuan bernama Hajar sebagai hadiah. 

Sumber Alkitab juga menceritakan kejadian serupa. Ibrahim diberi banyak budak dan hewan ternak karena raja ingin menjadikan Sarah sebagai istrinya. Namun raja dan seisi istananya kemudian terkena tulah. Raja kemudian menyalahkan Ibrahim karena mengaku bahwa Sarah adalah saudarinya. Kemudian Sarah dikembalikan kepada Ibrahim. Peristiwa Ibrahim dan Sarah di Mesir tidak tercantum dalam Al-Qur'an. 

Kisah Siti Hajar dan Kelahiran Isma'il

Ibrahim dan Sarah akhirnya kembali ke Syam. Setelah sekian tahun tinggal di sana, mereka tidak juga memiliki keturunan. Ibnu Katsir dalam karyanya, mengutip dari Alkitab, menuliskan bahwa Sarah kemudian memberikan Hajar sebagai selir atau menjadi istri Ibrahim lantaran dia sudah yakin tidak akan memiliki anak. 

Namun setelah mengandung, Hajar menjadi merasa lebih mulia dari Sarah dan itu membuat marah Sarah sehingga dia memberi hukuman yang berat kepada Hajar. Hajar kemudian melarikan diri, tetapi dia didatangi malaikat yang menyuruhnya untuk kembali sembari menenangkannya bahwa Allah akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk memberikan anaknya dengan nama Isma'il karena Allah mendengar penindasan atas Hajar. Disebutkan bahwa Isma'il lahir pada saat Ibrahim berusia 86 tahun. 

Siti Hajar dan Ismail di ungsikan ke Jazirah Arabia (Syam)

Dalam sebuah riwayat hadits diterangkan bahwa Ibrahim mendapat perintah untuk mengungsikan Hajar dan Isma'il dari Syam dan menempatkan mereka di tengah padang pasir tak berpenghuni. Saat Ibrahim beranjak pergi, Hajar membuntutinya dan bertanya, "Wahai Ibrahim, engkau hendak ke mana? Apakah kamu akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu tanamanpun ini?" 

Namun Ibrahim tetap tidak menjawab meski Hajar bertanya berkali-kali. Setelahnya, Hajar mengganti pertanyaannya, "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?" Barulah Ibrahim memberi jawaban, "Iya." Hajar kemudian membalas, "Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami." 

Keluarnya Mata air Zam-zam

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa di tengah gurun tersebut, Hajar menyusui Isma'il dan Hajar sendiri makan dan minum dari perbekalan yang dia bawa. Namun setelah bekalnya habis, Hajar merasa kehausan dan begitu pula Isma'il sehingga dia menangis. Di tengah kebingungan, Hajar kemudian berlari ke puncak bukit Shafa, berharap melihat manusia yang dapat memberikan bantuan. 

Tidak melihat seorangpun, Hajar menuruni bukit Shafa dan, sembari berlari-lari kecil, menaiki bukit Marwah, tetapi juga tak melihat manusia. Hajar menuruni Marwah dan kembali ke Shafa dan bolak-balik ke kedua bukit tersebut sampai tujuh kali. Saat Hajar berada di puncak Marwah untuk yang ketujuh kalinya, dia mendengar sebuah suara. 

Hajar bergumam pada dirinya sendiri, "Diamlah," kemudian melanjutkan, "Engkau telah memperdengarkan suaramu. (Tampakkanlah wujudmu) jika engkau bermaksud memberikan pertolongan." Ternyata suara tersebut adalah dari seorang malaikat yang mengais tanah menggunakan tumitnya, atau ada yang mengatakan sayapnya, hingga air memancar dari tempat tersebut. 

Hajar kemudian membuat tampungan air menggunakan tangannya, kemudian menciduknya dan memasukkannya ke dalam wadah. Mata air inilah yang kemudian disebut Zamzam. Upaya Hajar saat bolak-balik antara Shafa dan Marwah diabadikan dalam ibadah haji yang disebut sa'i. Lalu Hajar dan Isma'il tetap hidup berdua di sana sampai sekelompok suku Arab Jurhum melewati daerah tersebut. 

Saat melihat burung berputar-putar di suatu tempat dekat posisi mereka, salah seorang mereka berkata, "Burung ini berputar-putar di tempat itu, pasti karena ada genangan air. Padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada air sama sekali." Akhirnya mereka mengutus orang untuk melihat tempat burung-burung tersebut, yang ternyata adalah tempat Hajar dan Isma'il berdiam di dekat mata air zamzam. 

Utusan tersebut kemudian mengabarkan hal tersebut pada anggota sukunya yang lain dan mereka semua pindah ke tempat tersebut bersama Hajar dan Isma'il. Mereka juga mengirim utusan kepada keluarga mereka agar tinggal bersama-sama di tempat tersebut. Setelah beranjak belia, Isma'il belajar bahasa Arab dari orang-orang tersebut. Tempat tersebut di kemudian hari namanya menjadi Makkah. Disebutkan bahwa Ibrahim beberapa kali mengunjungi Isma'il yang tinggal di Makkah. 

Turunnya Syariat perintah Khitan

Al kitab menyebutkan bahwa Allah memberikan perintah pada Ibrahim dan pengikutnya yang laki-laki untuk bersunat/khitan pada saat Ibrahim berusia 99 tahun. Isma'il yang saat itu berusia tiga belas tahun juga disunat bersama semua laki-laki dalam rumah tangga Ibrahim. Pelaksanaan sunat ini dilangsungkan sebelum Isma'il diungsikan dari Palestina. 

Sebagai catatan, Alkitab menyebutkan bahwa Isma'il diungsikan pada saat usia sekitar enam belas tahun, berbeda dengan sumber-sumber Muslim yang berpendapat bahwa Isma'il dibawa ke gurun saat masih menyusu. Al-Qur'an tidak memberikan keterangan mengenai waktu dan tempat saat Isma'il bersunat. 

Turunnya perintah pengorbanan

Dalam surah Ash Shaffat disebutkan bahwa Nabi Ibrahim bermimpi, dalam mimpinya ia melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu. Ibrahim bertanya pada anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu." Anaknya menjawab, "Wahai bapakku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." 

Maka keduanya kemudian melaksanakan mimpi tersebut. Saat Nabi Ibrahim membaringkan putranya tersebut dan siap menyembelihnya, ada sebuah suara menyeru, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu." Kemudian putranya tersebut diganti dengan hewan sembelihan yang besar (hewan domba).

Al Qur'an tidak menyebutkan mengenai nama anak yang disembelih dan para ulama berbeda pendapat terkait masalah tersebut. Sebagian ulama berpendapat bahwa anak tersebut adalah Isma'il dan ini juga menjadi keyakinan umat Muslim pada umumnya. 

Ibnu Katsir berpendapat bahwa anak tersebut adalah Isma'il berdasarkan redaksi Al Qur'an bahwa setelah mengisahkan mengenai penyembelihan, baru disebutkan bahwa Allah kemudian memberi kabar gembira dengan kelahiran Ishaq. Pendapat ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid, Said, Asy-Sya'bi, Yusuf bin Mihran, Atha', dan ulama lain yang meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas. 

Sedangkan ulama yang berpandangan bahwa anak yang dimaksud adalah Ishaq di antaranya adalah As-Suhaili, Ibnu Qutaibah, dan Ath-Thabari. As-Suhaili berpendapat bahwa dalam Al-Qur'an disebutkan "maka tatkala anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim," padahal Isma'il sudah diungsikan ke gurun sejak kecil bersama Hajar sehingga tidak mungkin dia hidup berdampingan dan berusaha bersama-sama Ibrahim. 

Pembangunan Ka'bah

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa bersama Isma'il, Ibrahim meninggikan pondasi Ka'bah. As-Suddiy menyatakan bahwa tatkala diperintahkan Allah untuk membangun Ka'bah, Ibrahim dan Isma'il tidak mengetahui tempat yang cocok untuk tempat pembangunan tersebut, Allah mengutus angin yang menyapu segala hal yang ada di sekitar tempat yang akan dibangun Ka'bah. 

Saat Ka'bah sudah mulai tinggi, Ibrahim menggunakan batu pijakan agar dapat menggapai bagian atas Ka'bah. Batu pijakan tersebut kemudian disebut "Maqam Ibrahim" dan di sana terdapat bekas pijakan kaki Ibrahim. Pada masa 'Umar bin Khaththab, maqam Ibrahim yang awalnya menempel ke dinding Ka'bah kemudian digeser menjauh dari dinding agar tidak menghalangi orang yang sedang thawaf. 

Tatkala pondasinya telah sempurna, Ibrahim memerintahkan Isma'il untuk mencari batu untuk diletakkan di sudut Ka'bah. Namun sebelum Isma'il tiba, Malaikat Jibril membawakan batu tersebut. Batu tersebut adalah "hajar aswad. Setelah selesai, Ibrahim kemudian diperintahkan untuk menyeru manusia untuk melaksanakan ibadah haji dan mengajarkan tata caranya. 

Kemudian ibadah Haji tetap terus dijalankan setelah Ibrahim dan Isma'il wafat. Saat bangsa Arab perlahan mulai jatuh dalam kemusyrikan, ibadah haji masih bertahan, tetapi bercampur aduk dengan ritual pengagungan pada berhala-berhala dan di sekitar Ka'bah didirikan banyak berhala. Pada masa Nabi Muhammad, ibadah haji kemudian dikembalikan untuk pengagungan Allah semata sebagaimana pada masa Ibrahim dan berhala-berhala di sekitar Ka'bah dihancurkan. 

Nabi Ismail menikah

Setelah nabi Isma'il beranjak dewasa kemudian ia menikah. Pada suatu hari Nabi Ibrahim hendak menengok untuk berkunjung melihat keadaan Ismail, akan tetapi kebetulan saat itu Isma'il sedang tidak ada di rumah. Ibrahim kemudian bertanya pada istri Isma'il perihal suaminya dan istrinya tidak mengetahui bahwa itu adalah Ibrahim. 

Saat Ibrahim menanyakan keadaannya, istri Isma'il mengeluh, "Kami banyak mengalami keburukan dan hidup kami penuh kesempatan ekonomi, serta penuh dengan penderitaan yang berat." Setelah mendengar hal tersebut, Ibrahim menitipkan salam dan pesan pada istri Isma'il agar suaminya mengganti gawang atau daun pintunya. 

Saat Nabi Ismail pulang ke rumah lalu istri Isma'il menyampaikan pesan tersebut padanya, Lalu Isma'il menjelaskan bahwa yang datang tadi adalah ayahnya dan maksud pesannya tadi adalah supaya Isma'il menceraikan istrinya. Setelah bercerai dengan istri pertamanya, lalu Isma'il menikah lagi dengan perempuan lain. 

Kemudian Ibrahim kembali berkunjung saat Isma'il sedang tidak berada di rumah. Saat Ibrahim menanyakan mengenai keadaan istri Isma'il yang saat itu ada di rumah, istri Isma'il menjawab, "Kami senantiasa dalam kebaikan dan cukup," sembari memuji berbagai nikmat Allah yang dikaruniakan pada mereka. Kemudian Ibrahim menitipkan pesan pada Isma'il melalui istrinya untuk memperkokoh gawang pintunya. 

Kemudian istri Isma'il menyampaikan pesan tersebut, lalu Isma'il menjelaskan bahwa dia tadi adalah ayahnya dan maksud pesannya tadi adalah agar Isma'il mempertahankan istrinya. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa istri pertama Isma'il berasal dari Bani Amaliq yang bernama Ammarah binti Sa'ad bin Usamah bin Akil, sedangkan istri kedua Isma'il adalah As Sayyidah binti Mudhadh bin Amru Al Jurhumi. 

Wafatnya Nabi Ismail AS

Menurut Ibnu Katsir dan beberapa tradisi sejarah Islam menyebutkan bahwa Nabi Isma'il dimakamkan di Al-Hijr Isma'il di samping makam Hajar (ibunya). Namun sebagian pendapat menolak keyakinan tersebut karena tidak ada keterangan pasti dari Nabi Muhammad. Pendapat lain menyatakan bahwa Hijr Isma'il sebenarnya adalah bekas kamar Isma'il dan Hajar. 

Apa-apa yang telah terjadi pada kisah perjalanan siti Hajar, Ismail dan Ibrahim menjadi salah satu syariat yang harus di kerjakan pada saat melakukan perjalanan Ibadah haji dan ketika melakukan Kurban, yang setiap setahun sekali dilaksanakan oleh segenap umat Islam di seluruh dunia.

Demikianlah pembahasan singkat tentang Kisah Nabi Ismail AS, awal mula syariat ibadah haji dan kurban. Semoga ada ibrah dan manfaatnya untuk kita semuanya, Aamin.

Dari berbagai sumber
Wallaahu A’lam.

Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Ismail AS : Awal Mula Syariat Ibadah Haji dan Kurban"