Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi dan Kebijakan Pemerintahan Kerajaan Mughal


Sebagai daulah yang besar Daulah Mughal mampu membawa Islam di tengah daratan India yang didominasi oleh masyarakat Hindu. Mughal berjaya menguasai wilayah mayoritas berpenduduk Hindu, walaupun umat Islam adalah penduduk minoritas. Dalam kurun kurang lebih tiga setengah abad, Daulah Mughal dipimpin oleh beberapa Sultan, di antaranya adalah:

Berikut adalah strategi dan kebijakan pemerintahan kerajaan Mughal yang pernah di jalankan oleh para penguasanya.

1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M)

Zahiruddin Muhammad Babur menjadi penguasa pertama sekaligus pendiri Daulah Mughal. Pada masa kepemimpinannnya, seluruh kebijakan dikerahkan digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Pada awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang dari awal tidak suka terhadap berdirinya Daulah Mughal. 

Orang-orang Hindu menggalang kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara di sisi lainnyaDaulah Lodhi berusaha bangkit untuk kembali menentang pemerintahan Babur yang dipimpin Muhammad Lodhi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat mengakhiri perlawanan Lodhi pada tahun 1529 M. 

Zahiruddin Muhammad Babur menguasai wilayah yang sangat luas, berbatasan dengan Kekaisaran Ming di timur (Tiongkok), dan Daulah Syafawiyah di barat (Persia). Zahiruddin Muhammad Babur tutup usia pada tahun 1530 M.

2. Humayun (1530-1556 M)

Humayun melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Babur. Humayun memimpin Mughal kurang lebih 26 tahun. Daulah Mughal dibawah kepemimpinan Humayun bisa dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode pertama. Humayun masih banyak mendapatkan tantangan, di antaranya dari Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang berusaha untuk memisahkan diri dari kekuasaan Mughal. 

Pada tahun 1450 M Humayun berhasil dikalahkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Humayun melarikan diri ke Persia yang saat itu dipimpin oleh Tahmasp penguasa Daulah Syafawi. Humayun kembali ke India setelah lima belas tahun menyusun kekuatan di pengasingan. Daulah Mughal berhasil ditegakkan kembali di Delhi pada tahun 1555 M setelah mengalahkan kekuatan Sher Khan Syah. 

Pada tahun 1556 M Humayun meninggal dunia setelah setahun sebelumnya berhasil mengembalikan kejayaan Daulah Mughal. 

3. Jalaluddin Muhammad Akbar (1556-1605 M)

Akbar menjadi raja terbesar Daulah Mughal di India. Dia lahir di Umarkot, Sind pada tanggal 15 Oktober 1542. Akbar adalah Pemimpin Mughal paling kontroversial, menggantikan kedudukan ayahnya ketika masih dalam usia 14 tahun. Pada masanya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai Daulah Islamiyah terbesar di India. 

Karena usia yang masih sangat belia, Akbar mempercayakan urusan pemeritahan kepada Bairam Khan. Beberapa ancaman yang dilakukan oleh sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih menguasai Punjab berhasil diredam. Ancaman terbesar datang dari Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Para pemberontak berhasil memasuki kota Delhi. 

Kedatangan pasukan Himu disambut dengan peperangan dahsyat dibawah kepemimpinan Bairam Khan. Peperangan yang terjadi pada tahun 1556 M tersebut dikenal sebagai perang Panipat II. Dengan kemenangan tersebut, Agra dan Gwalior berhasil dikuasai oleh Mughal. Setelah Dewasa, Akbar mengambil alih wewenang pemerintahan dari Bairam Khan yang sudah memiliki pengaruh kuat di Mughal. 

Wilayah kekuasaan Mughal sangat luas, meliputi Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Semua wilayah dapat dikendalikan dalam suatu pemerintahan militeristik. Keberhasilan pemerintah yang lebih bercorak militeristik menjadikan Mughal menjadi sebuah Daulah yang sangat besar. 

Kabul dan Kandahar sebagai dua gerbang kota India berhasil dikuasai oleh pemerintah Mughal. Kebijakan Akbar mempersatukan berbagai etnis untuk membangun Daulahnya membuahkan peradaban yang lebih maju di India. Akbar meninggal dunia di Agra pada tanggal 16 Oktober tahun 1605 M. 

4. Nuruddin Muhamad Salim/Jahangir (1605-1627 M)

Nuruddin Muhamad Salim lebih dikenal dengan sebutan Jahangir lahir pada tanggal 31 Agustus 1569, di Fatehpur Sikri dan naik tahta delapan hari setelah meninggalnya Sultan Akbar. Jahangir berkuasa selama 22 tahun. Dengan didukung oleh kekuatan militer yang besar kepemimpinan Jihangir menjadi lebih kuat. 

Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1613 M) dan Kangra (1615 M). Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar. 

Jahangir meninggal dalam perjalanan dari Kashmir ke Lahore, dekat Sarai Saadabad di Bhimber pada tahun 1627. Jenazahnya dibawa ke Lahore dan dimakamkan di Shahdara Bagh. 

5. Shah Jihan (1628-1658 M) 

Shah Jihan lahir 5 Januari 1592, merupakan raja ke-5 Daulah Mughal di India. Tatkala masih kanak-kanak, ia bernama Khurram. Nama Shah Jihan dikenang di atas kemegahan bangunan-bangunan yang didirikan tatkala menjadi raja. Taj Mahal dan Masjid Jama adalah dua bangunan megah yang diwariskan kepada dunia. 

Kini, buku-buku sejarah kekhalifahan Islam mencatat namanya sebagai penguasa yang berjasa pada peradaban manusia. Di masa kekuasaan Shah Jihan, Daulah Mughal mencapai puncak kejayaannya. Ia dikenal tegas dalam menindak pembesar kerajaan yang tidak jujur. Konon, Shah Jihan memelihara banyak ular berbisa. 

Ular-ular itu disediakan untuk menghukum mereka yang melakukan pelanggaran dan merugikan kerajaan dan rakyat. Shah Jehan meninggal dunia 2 Januari 1666 M pada umur 74 tahun, setelah menderita sakit keras. 

6. Aurangzeb (1658-1707 M)

Aurangzeb (1658-1707) naik tahta dengan menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. pada periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. 

Aurangzeb berupaya melakukan sentralisasi kekuasaan dan mengendalikan lebih banyak urusan pemerintahan dari para pendahulunya. Pada masa pemerintahannya, Aurangzeb berhasil menaklukan sebagian besar India selatan, membuat Mughal mencapai wilayah terluasnya. 

Meskipun mayoritas rakyatnya tidak beragama Islam, namun Aurangzeb mampu mempertahankan keutuhan wilayah kerajaannya yang meliputi seluruh anak benua India. Aurangzeb meninggal pada 1707 M dalam usia 88 tahun. 

7. Bahadur Shah (1707-1712 M)

Para pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Para pemimpin sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Bahadur Shah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. 

Jehandar memenangkan persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai Sultan Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. 

8. Jehandar (1712-1713 M)

Jehandar menjadi pemimpin yang paling singkat dalam periodesasi kepemimpinan Mughal. Nama lengkapnya adalah Murza Mu`izzuddin Muhammad Khan. Pada masa pemerintahan Syah Alam Daulah Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. 

Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada East India Company (EIC) untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. 

Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India. 

9. Bahadur Syah (1837-1858 M)

Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India. 

Sejak saat itu umat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya di bawah kekuasaan Inggrisdan di tengah mayoritas umat Hindu India.

Demikian bahasan singkat tentang strategi dan kebijakan pemerintahan kerajaan mughal di India.

Posting Komentar untuk "Strategi dan Kebijakan Pemerintahan Kerajaan Mughal"