Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Ayyub Yang Sabar Menghadapi Musibah dan Penyakit


Nabi Ayyub Alaihissalam merupakan salah satu Nabi yang Allah kisahkan dalam Al-Quran karena ketakwaannya meskipun dilanda berbagai macam musibah dan penyakit. Ia adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim, ia merupakan salah satu orang yang kaya raya pada jamannya hidup makmur sejahtera, namun harta kekayaannya itu tidak membuatnya lalai dalam mengingat Allah swt dan tetap beribadah kepada Allah Swt.

Dalam limpahan harta kekayaannya ia tidak lupa bahwa nikmat tersebut datangnya hanya dari Allah Swt, maka dari sebagian hartanya tersebut ia suka membagikannya kepada kaum fakir miskin dan untuk menolong orang-orang yang dilanda kesusahan hidup. Atas perbuatannya tersebut menyebabkan para malaikat pun terkagum-kagum kepadanya atas keikhlasannya beribadah kepada Allah swt.

Berikut adalah kisah Nabi Ayyub yang sabar menghadapi musibah dan penyakit, selengkapnya.

Setelah sang Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat yang kagum atas keimanan Nabi Ayyub tersebut, iblis merasa iri dan dengki dan berniat ingin menjerumuskan Nabi Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Langkah pertama maka sang iblis mendekati Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak mau bersyukur kepada Allah Swt. Akan tetapi usahanya itu gagal, keteguhan keimanan Nabi Ayub tidak tergoyahkan karena bujuk rayu sang Iblis.

Tidak sampai disitu, lalu Iblis menghadap Allah swt, meminta izin untuk menggoda Nabi Ayub, Iblis berkata : Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub senantiasa memujimu tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah engkau berikaj kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya belum tentu ia akan taat dan tetap ikhlas menyembahmu.

Mendengar perkataan itu, lalu Allah Swt berfirman : Sesungguhnya Ayub adalah hamba-ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mu’min yang sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku iman dan takwanya takkan tergoyahkan oleh perubahan keadaan duniawi.

Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi berkurang walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. Ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan persangkaan.

Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayub dan keyakinannya pada diri-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang rukun damai sejahtera itu, lihatlah sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku (Ayub).

Hilang/Musnahnya Harta Kekayaan Nabi Ayyub

Setelah mendapat izin dari Allah Swt untuk menggoda Ayub, maka Iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Nabi Ayub. Lalu satu persatu hewan-hewan tersebut mati bergelimpangan, disusul dengan lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi Ayub semua musnah terbakar tanpa sebab.

Melihat kejadian tersebut, Iblis mengira akan berkeluh kesah karena banyak kehilangan hewan ternak dan lahan pertaniannya. Melihat kejadian tersebut Nabi Ayub tetap berbaik sangka baik kepada Allah Swt, semuanya ia serahkan kepada Allah semata. Harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat di ambil oleh sang pemiliknya (Allah Swt).

Meninggalnya Putra-putra Nabi Ayyub

Selanjutnya Iblis dan para pembantunya mendatangi putra-putra Nabi Ayud yang sedang berada di dalam gedung yang besar dan megah, lalu mereka menggoyang goyangkan tiang-tiang gedung tersebut yang mengakibatkan rubuh dan menimpa seluruh putra-putra Ayub yang mengakibatkan semuanya meninggal.

Atas kejadian tersebut Iblispun lalu mengira bahwa usahanya akan berhasil menggoyahkan keimanan Nabi Ayub, karena Nabi Ayub sangat menyayangi putra-putranya tersebut. Akan tetapi sang Iblis dan para pembantunya itu kecewa kembali, karena Nabi Ayub tetap teguh dalam beribadah kepada Allah Swt dan tidak berkeluh kesah dan ia berserah diri hanya kepada Allah Swt.

Nabi Ayyub tertimpa penyakit 

Usaha Iblis selanjutnya adalah menaburkan baksil (semacam penyakit kulit bisul) di sekujur tubuh Nabi Ayub sehingga beliau menderita sakit kulit yang sangat menjijikan. Keluarga dan para tetangganya menjauhinya karena takut tertular, para istri-istrinya banyak yang melarikan diri dan hanya seorang saja yang setia menemaninya yaitu yang bernama Rahmah. Para tetangga terutama kalangan ibu-ibu secara terang-terangan mengusir Nabi Ayub dari pemukiman penduduk.

Nabi Ayub dan Rahmah pergi ke ujung desa didekat pembuangan sampah, namun disana orang-orang tidak mau menerima, mereka tetap mengusir Nabi Ayub. Melihat perlakuan orang-orang maka Nabi Ayub dan Istri setianya yang bernama Rahmah pergi ke suatu tempat yang yang sepi dari kerumunan manusia. Selama tujuh tahun Nabi Ayub menderita penyakit tersebut, namun Nabi Ayub tetap sabar dan tetap berdzikir kepada Allah swt.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, maka Rahmah sang istri bekerja sebagai di pabrik pembuatan roti. Pagi berangkat dan sore harinya ia kembali pulang ke rumah pengasingan. Lama kelamaan sang majikan Rahmah mengetahui bahwa ia adalah istri Ayub yang berpenyakitan, mereka khawatir Rahmah membawa baksil yang dapat menular melalui roti, maka rahmah diberhentikan dari pekerjaannya.

Rahmah yang setia tetap memikirkan suaminya (Nabi Ayub), ia meminta majikannya agar memberinya roti, tapi sang majikan tidak memberinya. Majikannya mau memberinya roti jika Rahmah mau memotong gelung rambutnya yang panjang padahal gelung tersebut sangat disukai Nabi Ayub. Akhirnya Rahmah pun setuju, namun dirumah Nabi Ayub menyangka bahwa Rahmah telah menyeleweng, padahal tidak.

Nabi Ayyub ditinggalkan Istrinya

Suatu hari, Rahmah merasa tidak tahan dengan keadaan ia memutuskan untuk bekerja guna menghidupi suaminya dan Rahmah pamit meninggalkan suaminya (Ayub). Namun Nabi Ayub melarangnya akan tetapi Rahmah tetap pergi sembari berkeluh kesah. Lalu Nabi Ayub berkata pada istrinya : Kiranya kau telah terkena bujukan setan, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah.

Lalu Nabi Ayub menambahkan : Awas kelak jika aku sudah sembuh kau akan ku pukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkanlah aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah sampai Allah menentukan takdirnya.

Setelah ditinggal pergi oleh Rahmah, satu-satunya orang yang terakhir yang masih dan menyayanginya dan masih mau merawatnya kini Nabi Ayub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya ia berdo’a bermunajat kepada Allah : Ya Allah, aku telah diganggu oleh setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Nabi Ayyub Kembali Sembuh Seperti Sediakala

Allah Swt menerima do’a Nabi Ayub yang telah berada dipuncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Allah Swt berfirman kepada Nabi Ayub : Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan air itu kau akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi.

Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah itu, lalu ia minum dan mandi dengan air yang memancar tersebut dari bawah kakinya, maka ia lantas sembuh seketika seperti sediakala. Semua penyakit biksul yang pernah memenuhi seluruh tubuhnya hilang seketika.

Di lain tempat, Rahmah sang istri yang telah pergi meninggalkan suaminya (Nabi Ayub) merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub seorang diri. Lalu ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali suaminya lagi, sebab Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Nabi Ayub sekarang lebih sehat dan lebih tampan. Nabi Ayub bergembira melihat istrinya pulang kembali. Namun ia ingat harus melaksanakan sumpah itu. Kini Nabi Ayub bimbang, istrinya sudah turut menderita sewaktu bersama-sama dengannya selama tujuh tahun, akankah ia tega untuk memukulnya.

Ketika Nabi Ayub sedang merasa bimbang, datanglah Wahyu Allah dan memberikan jalan keluar, Allah berfirman : Hai Ayub, ambillah lidi serratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja, dengan demikian maka tertebuslah sumpahmu. Lalu Nabi Ayub memukulkan ikatan lidi yang jumlahnya seratus buah itu namun dengan pelan.

Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, maka Nabi Ayub dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Lalu dari Rahmah ia mendapat anak bernama Basyar, yang kemudian mendapat julukan Dzulkifli yang berarti : Punya sanggup. Kemudian Dzulkifli Allah angkat juga menjadi seorang Nabi dan Rasul untuk menyempaikan risalah kenabian seperti ayahnya (Nabi Ayub).

Demikianlah bahasan tentang kisah Nabi Ayyub yang sabar menghadapi musibah dan penyakit. Semoga ada hikmahnya untuk kita semuanya. Wallaahu A'lam

Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Ayyub Yang Sabar Menghadapi Musibah dan Penyakit"