Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Islam di Afrika Selatan


Negara Republik Afrika Selatan saat ini adalah sebuah negara di benua Afrika bagian selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana dan Zimbabwe di utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negara Lesotho terletak di pedalaman Afrika Selatan. Pada masa dahulu, pemerintahannegara ini dikecam karena politik 'apartheid', tetapi sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratis dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika. 
Negara ini merupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasa resmi. Negara ini juga terkenal sebagai produsen utama berlian, emas dan platinum di dunia. Masyarakat Afrika Selatan secara budaya menunjukkan kombinasi budaya dengan budaya luar, seperti bahasa dan sastranya. 

Bahasa asli Afrika telah bercampur dengan peran pendatang, terutama kolonialisme Barat. Akibat kendali oleh Orang kulit putih, hingga mereka sangat menentukan arah dan pola kebudayaan Afrika Selatan meskipun mereka minoritas secara etnis. 

Pada tahun 1993 M, pemerintah melakukan pengelompokan terhadap penduduk yang terbagi dalam empat golongan: keturunan Afrika hhitam 32 juta jiwa, kulit berwarna 5 juta jiwa, keturunan India 1 juta jiwa, dan kulit putih 5 juta jiwa. Penduduk Muslim mencapai 2,5 % dari jumlah keseluruhan penduduk. 

Mayoritas mereka keturunan Afrika 49,8 %, kulit berwarna 47 %, keturunan India dan kulit putih 0,7 %. Sejarah masuknya Islam di Afrika selatan dimulai kedatangan kaum Muslimin yang terbagi dalam dua kelompok. Pertama, dibawa kolonial Belanda (1652-1807 M) yang terdiri imigran seperti; budak, tahanan politik, dan pejabat kriminal dari Afrika Barat, Afrika Timur dan Asia Tenggara. 

Kaum Muslim pertama yang datang ke Afrika Selatan adalah mereka yang disebut sebagai Mardyckers. Orang-orang ini berasal dari Ambon, Maluku. Mereka datang ke Afrika Selatan sebagai tenaga keamanan menjaga kepentingan VOC dan orang belanda dari gangguan penduduk setempat. Sebagian dari orang-orang Mardyckers ini beragama Islam. 

Namun, pemerintah kolonial melarang mereka beribadah secara terbuka, dan bagi yang melanggarnya akan diancam hukuman sangat berat. Tahun 1667 M rombongan dari Nusantara kembali datang ke Tanjung Harapan. Namun status mereka kali ini bukan lagi sebagai orang merdeka, tetapi budak Belanda. 

Pada tahun yang sama Tanjung Harapan kemudian ditetapkan sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Pada 13 Mei 1667, kapal dagang bernama Poelsbroek, berangkat dari Batavia tanggal 24 Januari 1667 merapat di Tanjung Harapan. Di dalamnya terdapat tahanan politik, yang disebut Orang Cayen (orang-orang kaya dan berpengaruh). 

Mereka adalah bangsawan atau Ulama dariNusantara yang melakukan berbagai perlawanan terhadap penjajahan VOC, seperti Sultan Matebe Shah dari Malaka. Pada tanggal 2 April 1694, mendarat sebuah kapal VOC bernama Voetboeg dari Sri Lanka, terdapat 49 Tahanan politik yang dipimpin oleh Abidin Tadia Tjoesoep alias syaikh Yusuf Al-Makassari. 

Syaikh Yusuf Tajulkhawalti alMakassary (w. 1699 M) adalah Muslim Melayu pertama yang datang ke wilayah ini sebagai tahanan Belanda. Ia lebih dikenal sebagai pendiri Islam di Cape pada tahun 1694 M. Selama diasingkan di Afrika Selatan, Syaikh Yusuf diisolasi di sebuah kawasan perkebunan Zandvleit, sekitar 40 Km dari cape Town. 

Namun kolonial Belanda sia-sia, karena Zeindvleit justru menjadi tempat perlindungan bagi para budak yang berhasil melarikan diri. Zandvleit di bawah bimbingan Syaikh Yusuf, Komunitas Muslim pertama terbentuk di Afrika Selatan. Namun, empat tahun kemudian tanggal 23 Mei 1699, Syaikh Yusuf meninggal dunia dalam usia 73 Tahun. 

Jenazahnya dimakamkan di kota kecil bernama Macassar di pinggiran Cape Town. Sepeninggal Syaikh Yusuf, seluruh pengikutnya, kecuali dua orang imam dan satu putrinya dipulangkan kembali ke Nusantara dengan dua kapal De Liefde dan De Spiegel. 

Selain Syekh Yusuf, tokoh lain yang berjasa dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan adalah Tuan Guru dari Ternate yang bernama lengkap Abdullah bin Qadhi Abdus Salaam. Dia dibawa bersama tiga orang lainnya yang bernama Callie Abdol Rauf, Badroedin, dan Noro Iman. 

Mereka ditawan di Robben Island dengan kesalahan sebagai Bandietten Rollen, yaitu orang yang dianggap berkonspirasi dengan Inggris untuk merongrong VOC. Abdullah bin Kadi dibebaskan pada tahun 1792, setelah dua belas tahun di penjara. 

Dia kemudian bermukim di Dorp Street, di kawasan yang kini dikenal sebagai Bo-Kaap, Dekat pemakaman Tana Baru. Qadhi Abdussalam (w. 1807) berhasil meletakkan pondasi masjid pertama di wilayah Cape Town tahun 1789 M. Peningkatan tajam jumlah Muslim antara 1804 dan 1834 M, Muslim mencapai sepertiga jumlah total penduduk Cape. 

Hal mendukung peningkatan tersebut adalah perpindahan agama, perkawinan, instituisiinstituisi perbudakan, adopsi, dan pendidikan. Banyak Muslim berafiliasi sufi yang menjadi budaya Islam Cape, seperti tarekat Qadariyah yang pemimpinannya diyakini memiliki ‘lingkaran suci karomah’. 

Terdapat sufi-sufi keturunan India, misalnya Ghulam Muhammad Habibi (‘Sufi Sahib’, w.1910 M) yang telah memberi kontribusi sosial budaya yang sangatberharga. Hingga saat ini, Mausoleum Habibi di Durban telah ditetapkan sebagai sebuah monumen nasional. 

Kedua, tahun 1860- 1914 M dibawa pemerintah kolonial Inggris dari India sebagai buruh dan penumpang-penumpang bebas ke Natal dan Transvaal. Sekitar 1873- 1880 M, sekelompok besar orang-orang Zanzibar ikut memasuki kawasan Afrika Selatan. Kaum Muslim Cape dipandang sebagai sebuah komunitas yang damai dan taat hukum. 

Namun, ada kalanya mereka melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merendahkan. Pada tahun 1840 M mereka menolak vaksinasi massal, tahun 1856 M mereka menentang larangan kotapraja untuk penampilan simbolisasi khalifah Islam di bawah kepemimpinan tokoh Abdul Burns (w.1898 M), perselisihan pengikut Mazhab tahun 1866, 1900 M dan sebagainya. 

Kaum Muslim di Gujarat menerbitkan sebuah surat kabar mingguan religiuspolitik “al-Islam” antara 1907 dan 1910 M. Dalam mengungkapkan pemikiranpemikiran sosial-politik dan keagamaan mereka, terbit juga media Al-Qalam Durban/ Johannesburg tahun 1973 M dan Muslim News/Views Cape Town, tahun 1960-1986M. 

Selama abad 20 banyak organisasi sosial budaya bermunculan. Perhimpunan Melayu Cape didirikan tahun 1920 M, tokohnya Muhammad Arshad Gemiet (w.1935 M), dan Kongres India Afrika Selatan (1923 M) tokohnya Abdullah Kajee (w. 1946 M) dibentuk untuk memelihara kekhasan identitas etnis mereka sejalan dengan kebijakan pemerintah dan untuk berunding mengenai hak-hak tertentu mereka. 

Afrika Selatan mengalami perubahan sosial budaya yang dramatis selama periode 1970 dan 1980 yang berpengaruh terhadap kaum Muslim. Banyak literatur Timur Tengah dan Anak Benua India karya-karya Sayyid Qutb dari Mesir, Abul A’la Maududi dari Pakistan dan Ali Syariati dari Iran beredar di kalangan generasi muda Muslim, khususnya lingkungan universitas mereka. 

Gerakan Pemuda Muslim Afrika Selatan (MYMSA) didirikan tahun 1970 di Durban dan organisasi lainnya yang mengenalkan sejumlah pemikir-pemikir Muslim dunia lainnya. Dewasa ini, muncul kelompok-kelompok Muslim “Charteris” yang mendukung ANC (Kongres Afrika Nasional) maupun kelompok-kelompok ‘Afrikanis’ yang mendukung PAC (Kongres Pan-Afrika). 

Kelompok Jam’iyat AlUlama’ yang netral dalam beragama. Pada tahun 1990 berlangsung konferensiMuslim Nasional yang menghasilkan Front Muslim dan rumusan Piagam Keagamaan oleh utusan Afrika Selatan untuk Konferensi Dunia tentang Agama dan Perdamaian pada 1992. Masjid Pertama yang dibangun oleh Qadhi Abdussalam (w. 1807) di Cape Town tahun 1789 M. 

Setelah pembangunan masjid ini, beberapa tahun kemudian jumlah Muslim mengalami peningkatan yang pesat. Salah satu naskah Arab-Afrika Bayanuddin, ditulis oleh Syaikh Abu Bakr Affendi (w. 1880 M) seorang ulama Hanafi berbangsa Turki yang datang ke Cape tahun 1863 M. Kedatangannya atas permintaan gubernur setempat untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan teologis. 

Saat ini Makam Syaikh Yusuf terdapat perkampungan kecil dengan penduduk sekitar 40 rumah. Di tengah perkampungan ini terdapat Masjid Nurul Imam yang berdiri megah. Masjid ini didirikan pada tahun 2005 oleh mantan wakil Presiden RI Yusuf Kalla, setelah selesai dipugar dengan bantuan dari Pemerintah RI.

Demikian pembahasan materi tentang sejarah perkembangan Islam di Afrika Selatan.

Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Islam di Afrika Selatan"